Thursday, February 03, 2005

Penyusunan Standard Operating Procedure di Perpustakaan

Oleh:
Drs. Mohamad Aries, M.Lib.
mohaires@yahoo.com
http://www.geocities.com/moharies

Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc.
rahman@ipb.ac.id
http://www.geocities.com/a_rahman_s2003

Pendahuluan
Ketika seorang pilot pesawat Boing 747 hendak menerbangkan pesawatnya, maka ia akan melaksanakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan secara berurutan sampai pesawatnya terbang dan kemudian mendarat kembali dengan selamat. Begitu juga bila seorang dokter bedah hendak melakukan operasi bedah terhadap pasiennya, ia akan melakukan serangkaian aktifitas mulai dari persiapan kemudian membedah sampai selesai dan pasiennya kembali ke ruang perawatan. Kedua profesi tersebut selalu patuh pada aturan karena jika ia melanggar maka resikonya akan sangat fatal. Bayangkan jika pilot tadi melanggar aturan, misalnya tidak mengeluarkan roda pendarat ketika hendak mendaratkan pesawatnya, maka resiko yang akan terjadi adalah kecelakaan yang akan menelan korban jiwa. Begitu juga jika dokter tadi tidak patuh akan aturan, misalnya saja ia lupa tidak memberikan obat bius (anastesi) pada pasien akan dibedah, maka akibatnya dapat kita bayangkan, pasien itu akan menjerit-jerit kesakitan pada waktu bagian tubuhnya disayat. Semua aturan yang dipatuhi oleh kedua profesi tersebut disebut dengan Standard Operating Procedure atau SOP.
Standard Operating Procedures atau SOP dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Prosedur Operasional Standar, yaitu prosedur operasi yang baku. Istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah PROTAP atau Prosedur Tetap. Istilah lain dalam bahasa Inggris adalah Safe Work Instructions, Safe Operating Procedures, Standard Working Procedures, Medical Procedures. SOP bukan standar tapi prosedur kerja yang dilakukan secara benar dan konsisten. Istilah SOP sudah sangat dikenal di suatu organisasi yang menuntut adanya pengendalian mutu terhadap proses kegiatan organisasi.
SOP juga merupakan bagian dari sistem informasi manajemen suatu organisasi. Sistem informasi manajemen memuat himpunan terintegrasi yang terdiri dari komponen-komponen baik manual maupun terkomputerisasi yang bertujuan menyediakan fungsi-fungsi operasional pada manajemen. SOP adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. SOP juga sering disebut sebagai manual SOP. Dengan adanya SOP maka jaminan mutu pekerjaan akan dapat dipertahankan. SOP banyak digunakan di organisasi-organisasi bidang medik, kesehatan, teknik, lingkungan dan penyelamatan. Terutama SOP juga banyak digunakan untuk tugas-tugas rutin yang mengandung resiko. Contoh, SOP untuk analisa air payau, SOP penanganan pasien, SOP penanggulangan kebakaran dan sebagainya.
Untuk melengkapi suatu prosedur kerja, SOP sering dilengkapi dengan referensi, lampiran, diagram atau alur kerja (flow chart). Makalah ini akan membahas tentang bagaimana menyusun dokumen SOP dan melengkapinya dengan alur kerja untuk organisasi perpustakaan
SOP Perpustakaan
Perpustakaan sebagai bagian integral dari suatu organisasi (pendidikan) sangat dibutuhkan keberadaannya. Untuk itu perpustakaan dituntut untuk dapat meningkatkan mutu layananannya. Sebagai bagian dari sistem informasi manajemen, perpustakaan juga harus dapat memberikan laporan-laporan yang dapat menjadi bahan keputusan manajemen organisasi. Investasi yang ditanam di perpustakaan cukup besar karena memerlukan tenaga, biaya dan sarana yang tidak sedikit. Hasilnya tidak langsung dapat dirasakan. Sering sekali investasi di perpustakaan dianggap sebagai pemborosan sehingga dana dan fasilitas untuk perpustakaan dialihkan untuk bidang lain.
Apakah SOP diperlukan di perpustakaan? Seberapa pentingkah SOP di perpustakaan? Apakah pekerjaan di perpustakaan banyak mengandung resiko? Pertanyaan ini harus dikembalikan kepada pimpinan organisasi dan pelaksana di perpustakaan. SOP di perpustakaan tidak diperlukan apabila perpustakaan tidak ingin meningkatkan mutunya atau perpustakaan tidak dianggap bagian dari sistem manajemen organisasi yang ada.
Pada dasarnya, di perpustakaan terdapat pekerjaan rutin yang dilakukan setiap hari, mulai dari seleksi, pengadaan, pengolahan, pemeliharaan sampai pada pelayanan. Agar pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan pedoman yang dapat memberikan tuntunan. Pedoman yang dimaksud adalah prosedur kerja yang standar atau SOP.
Manfaat SOP
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan suatu pekerjaan bagi manajemen perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan dan perkembangan yang diperoleh oleh perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian terhadap proses pekerjaan di perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana pelatihan bagi staf yang baru sehingga mengurangi waktu yang terbuang untuk memberikan pengarahan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan sistem di perpustakaan.
 SOP dapat digunakan sebagai sarana audit sistem informasi perpustakaan. SOP dapat digunakan sebagai sarana dokumentasi sistem informasi perpustakaan.
Persiapan SOP
SOP disusun oleh seseorang atau sekelompok orang (tim) yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam bidang pekerjaan di perpustakaan. SOP harus tertulis, menjelaskan secara singkat langkah demi langkah dan dalam tampilan yang mudah dibaca. Gunakan kata kerja dalam kalimat aktif. Contoh, ‘Kirim spesifikasi ke vendor’ bukan ‘Spesifikasi dikirim ke vendor’. Pembaca SOP diharuskan melakukan sesuatu bukan mengharap melakukan sesuatu. Kalimat singkat, jelas dan tidak banyak frase. Gunakan pernyataan positif, seperti ‘Lengkapi lembar kerja buku dan kembalikan ke pengadaan’ tidak dengan pernyataan negatif, seperti ‘Jangan dikembalikan sebelum lembar kerja dilengkapi’.
Kemutakhiran dan Penomoran SOP
SOP harus tetap mutakhir (up-to-date). Seiring dengan adanya perubahan internal maupun eksternal organisasi perpustakaan maka SOP juga harus ikut berubah. Untuk itu, Secara periodik SOP perlu ditinjau kembali agar tetap mutakhir karena apabila ada perubahan kebijakan harus terlihat pada SOP. Apakah kebijakan dan prosedur masih berlaku, masih relevan atau bahkan SOP sudah tidak diperlukan?. SOP perlu dibaca, dimengerti dan dilaksanakan oleh semua pelaksana/staf. Disarankan SOP ditinjau minimal setiap satu tahun sekali. Pengalaman di bidang kesehatan (clinic), SOP ditinjau setiap 18 bulan sekali. SOP sebaiknya diberi nomor identitas atau label. Gunanya untuk kontrol dokumen dan referensi. Apabila suatu SOP perlu dirubah atau tidak digunakan lagi maka identifikasi tersebut dapat digunakan sebagai referefnsi. Label identifikasi dapat terletak di sudut kanan atas.
Nomor identitas juga dapat terletak di halaman bawah sebagai running page seperti contoh: Peminjaman, rev. 01, July 2003.
Jenis SOP

1. Sederhana Prosedur dengan langkah-langkah yang singkat, berulang-ulang dan hanya memerlukan sedikit keputusan. Prosedur yang hanya melibatkan sedikit kegiatan oleh sedikit orang.
2. Hirarki Prosedur dengan langkah-langkah yang rinci, panjang, konsisten. Langkah-langkah dalam hirarki mungkin berisi sub-sub langkah untuk lebih memperjelas prosedur.
3. Grafis Prosedur dengan langkah-langkah yang sangat panjang dan lebih rinci. Tipe grafis akan membagi proses yang panjang menjadi sub-proses yang lebih pendek. Pictures truly are worth a thousand words.
4. Flowcharts Prosedur yang berisi banyak keputusan-keputusan atau pertimbangan-pertimbangan. Flowcharts adalah representasi grafis yang menghubungkan langkah-langkah secara fisik dan logis.

Isi SOP
Penyusunan internal SOP berbeda pada setiap organisasi. SOP disusun sesuai dengan tujuan dan kondisi yang ada pada saat SOP disusun. Tidak ada format yang baku untuk SOP. SOP disusun untuk menggambarkan kegiatan rutin yang berulang baik kegiatan yang bersifat administratif seperti prosedur pembelian buku dan prosedur yang bersifat teknis seperti prosedur kerja penelitian di laboratorium.
Secara umum SOP terdiri atas:
 Halaman judul
 Daftar isi
 Isi
 Tujuan
 Ruang lingkup
 Referensi
 Penanggung jawab
 Definisi
 Prosedur
 Lampiran
Susunan pada isi tidak mutlak seperti di atas. SOP akan tergantung pada kondisi prosedur kerja yang sedang berlangsung. Bila suatu kegiatan terdiri dari beberapa prosedur kerja maka judul dari SOP dapat di pecah menjadi modul-modul. Misalkan judul SOP adalah ‘Pengadaan Bahan Pustaka’ selanjutnya dapat dipecah menjadi ‘Modul 1: Pemilihan Bahan Pustaka’, ‘Modul 2: Pemesanan Bahan Pustaka’ dan seterusnya. Modul dalam SOP dapat terdiri dari :
1. Nama modul
2. Tujuan
3. Ruang lingkup
4. Referensi/Pedoman
5. Sarana
6. Prosedur kerja
7. Flowchart
8. Lampiran

Halaman Judul
Halaman muka dari SOP adalah halaman judul. Halaman judul memberikan informasi tentang judul kegiatan atau prosedur, nomor identifikasi, tanggal terbit atau tanggal revisi, jumlah halaman, nama lembaga atau bagian, nama atau tanda tangan penyusun dan nama pemberi persetujuan.

CONTOH PROSEDUR KERJA PEMESANAN BUKU
Modul
Pemesanan buku

Kode
A/03/2004

Tujuan
Menguraikan prosedur cara pemesanan buku yang akan dibeli untuk mendapatkan buku yang sesuai dengan yang dipesan.

Ruang Lingkup
Kegiatan ini dimulai dari penerimaan hasil seleksi dari pimpinan, staf pengajar dan pustakawan yang berupa daftar permintaan pemesanan. Jika dana yang tersedia dari perpustakaan, proses tersebut dilanjutkan sampai pembayaran, sedangkan bila dana dari P3T proses hanya sampai pada pembuatan daftar pesanan.

Referensi
1. Sumber dan jumlah dana.
2. Aturan pemesanan yang dipakai bila memesan melalui toko buku, penerbit atau jobber.
3. Aturan pembayaran dan prosedur administrasi keuangan yang berlaku.

Sarana
Daftar buku

Prosedur Kerja
1. Menerima data permintaan hasil proses seleksi
2. Memeriksa data permintaan, apakah judul tersebut sedang dalam pemesanan.
3. Mempertimbangkan pembelian duplikatnya jika judul yang diminta sedang dipesan.
4. Memeriksa desiderata jika judul yang diminta tidak sedang dipesan.
5. Menghapus cantuman dari desiderata jika judul tersebut ada di desiderata dan menyatukan dengan data permintaan yang baru.
6. Memeriksa katalog perpustakaan jika judul tersebut tidak ada di jajaran desiderata.
7. mempertimbangkan duplikasi jika ternyata judul yang diminta sudah ada dalam koleksi, dan memutuskan apakah perlu dibeli duplikatnya..
8. Membuat verifikasi bibliografi.
9. Memeriksa jmlah dana.
10. Membuat daftar pesanan jika dana tersedia, dan menyusun data permintaan.
11. Menangguhkan permintaan judul buku jika dana tidak tersedia, dan menyusun data di desiderata.
12. Memeriksa asal dana.
13. Mengirim daftar pesan ke penerbit/toko buku/agen/jobber, atau kepada pemimpin proyek.
14. Menyelesaikan pembayaran dan administrasi jika buku pesanan sudah datang (dilakukan oleh Tata Usaha Perpustakaan)

Bahan Bacaan
1. Manual Prosedur Operasional Standar Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, 2003.
2. Quality Guidance for Preparing Standard Operating Procedures (SOPs) E A QA/G-www.epa.gov/quality. 5 Mei 2004.
3. Sidharta, Lani. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. Jakarta, Elex Media, 1995 4. Writing Procedures: How to Document your Quality System Effectively. Manchester, The National Computing Centre, 1995.

Manfaat standar kompetensi dan etika profesi dalam peningkatan profesionalisme pustakawan

Oleh:
Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc.

Pustakawan diakui sebagai suatu jabatan profesi dan sejajar dengan profesi-profesi lain seperti profesi peneliti, guru, dosen, dokter dan lain-lain. Profesi secara umum diartikan sebagai pekerjaan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991) ada beberapa ciri dari suatu profesi seperti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang jelas, (3) adanya kode etik profesi, (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya tingkat kemandirian. Karena pustakawan merupakan suatu profesi, maka untuk menjadi pustakawan seseorang harus tunduk kepada ciri-ciri profesi tersebut.
Kompetensi bagi beberapa profesi menjadi persyaratan penting terutama jika profesi ini menentukan nasib atau hidup orang lain yang menjadi objek atau klien dari profesi itu. Misalnya profesi dokter akan menentukan nasib pasien. Jika dokter salah dalam mendiagnosa penyakit seseorang, maka terapi dia akan berakibat fatal terhadap orang yang menjadi pasiennya tersebut. Profesi pilot juga mempunyai resiko tinggi karena kemahiran seorang pilot dalam menerbangkan pesawat dapat menentukan nasib penumpang pesawat tersebut. Untuk profesi-profesi yang mempunyai resiko tinggi tersebut maka standar kompetensi menjadi sangat penting. Namun demikian, sekarang ini banyak organisasi, karena tuntutan mutu, juga mulai menerapkan standar kompetensi dalam menerima pegawai baru. Seperti pernyataan LGI (2002) ”More and more organizations are incorporating individual competencies into their hiring and performance management systems…. Competencies offer a framework for organizations to use to focus their limited resources”. Masalah kompetensi itu menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja organisasi yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas. Seseorang yang memiliki kompetensi dalam profesinya akan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta efisien, efektif, tepat waktu, dan sesuai dengan sasaran.
Salah satu tujuan diberlakukannya standar kompetensi di Indonesia adalah untuk mengantisipasi persaingan bebas (AFTA, APEC dan sebagainya), khususnya bagi pasar tenaga kerja antar negera. Seperti kita ketahui pada era global setiap negara harus membuka kesempatan dan kerjasama seluas-luasnya antar negara. Hal ini membawa konsekuensi bahwa tenaga kerja Indonesia harus mempunyai daya saing tinggi untuk memenangkan persaingan pasar tenaga kerja. Standar kompetensi ini akan meningkatkan daya saing SDM Indonesia di pasar bebas.